Selamat Datang di BLOGGER saya

http://nr-fanyauliana.blogspot.com/

Sabtu, 07 Januari 2012

Jalan menuju Iman


Jalan menuju Iman
1.  Kebangkitan Manusia
Berbicara tentang kehidupan banyak yang tak paham maknanya. Tujuan hidup terbuang percuma seolah semuanya tak akan pernah berakhir. Allah yang Maha Melihat telah mengatur segalanya namun HambaNya acapkali lalai, khilaf dan penuh dengan kealpaan. Begitukah tanda-tanda mensyukuriNya?
KEBANGKITAN !! Sebenarnya manusia itu harus bangkit. Apa maknanya? Bangun dari lelapnya tidur. Menunggu sang mentari dan melihat matahari. Seseorang akan bangkit ketika ia mampu mengajak pikirannya untuk bangkit. Sebab pemikiranlah yang akan membentuk mafahim (persepsi) seseorang terhadap segala sesuatu. Berpikirlah tentang penciptaan langit dan bumi, penciptaan makhluk, dan hidup. Seseorang tidak akan pernah berubah apabila pikirannya tidak diajak untuk berubah.
Allah berfirman dalam surat Ar-ra’du ayat 11 yang artinya :
sesungguhnya Allah tidak akan pernah mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka”
Satu-satunya cara untuk mengubah pemikiran seseorang adalah dengan membentuk suatu pemikiran tentang kehidupan dunia sehingga disini akan terbentuk suatu pemikiran yang benar. Cobalah bertanya pada diri sendiri tentang 3 pertanyaan mendasar ::
1.      Darimana aku berasal?
2.      Untuk apa aku hidup?
3.      Kemana aku setelah ini?
Ketiga pertanyaan itu menjadi tolok ukur kehidupan seseorang. Ketika ia mampu berfikir dengan baik sehingga terbentuk jawaban yang benar maka baiklah hidupnya. Namun bagaimana apabila sebaliknya? Sebagai contoh, ketika ditanya “darimana aku berasal?” yah ditanya ma anak TK pun tau kalo kita berasal dari TUHAN SEMESTA ALAM. :D hehehee.. Namun terdapat banyak perbedaan ketika diajukan pertanyaan “untuk apa kamu hidup?” Hmm... Macam2 nii jawabannya. Kalo ditanya ma tukang Mabok, “yah buat mabuk-mabukkan lah” Ditanya ma tukang dugem, “buat seneng-seneng” Ditanya ama orang Matre “Pastinya buat cari uang”.. Macem-macemlah jawabannya. Jawaban ini akan tergantung pada siapa yang DIAGUNGKAN, siapa yang DITUHANKAN !!
Ketika seseorang meng-HAMBA-kan dirinya dengan MATERI, maka materilah yang menjadi tujuannya, ketika KARIER menjadi tujuan hidupnya, maka segala cara ia lakukan untuk mendapatkan POPULARITAS. Lantas, benarkah dengan semua jawaban itu? Tentu tidak.
Hidup ini diciptakan bersamaan dengan aturannya. Manusia diciptakan bersama dengan segala kebutuhan hidupnya. Alam semesta dihamparkan dengan segala keindahannya. Untuk apa? Jelas dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa Allah tidak menciptakan manusia, alam semesta dan hidup ini tidak lain hanya untuk beribadah kepadaNya. Silahkan bekerja !! Karena Khaliq juga ingin melihat ikhtiarmu. Silahkan kejar popularitas !! Toh Rasulullah bersabda :: “sesungguhnya untuk urusan duniamu hanya kamu yang tahu”.
Jawablah pertanyaan ketiga dan tanyakan pada hatimu tentang kebenarannya. ”kemana kita setelah ini?”. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 156 Allah berfirman yang artinya ::
“sesungguhnya kami berasal dari Rabb dan akan kembali kepadaNya”.
Ketika ketiga pertanyaan itu mampu dijawab dengan pemahaman yang baik, kita akan menyadari bahwa sebelum hidup ini, hidup ini, dan setelah hidup ini memiliki hubungan yang cukup erat.                                                                                                           
Ketiga unsur utama diatas (manusia, hidup, dan alam semesta) memiliki hubungan yang cukup erat dengan kehidupan ini. Terlihat bahwa sebelum kehidupan diciptakan hanya ada ALLAH ‘AZZA WA JALLA. Yang kemudian Allah berkehendak untuk menciptakan para Malaikat, Iblis, Jin, Syeithan dan kehidupan ini dengan cukup sempurna yakni dunia beserta isinya. Namun ingatlah, bahwa kehidupan ini fana, kekurangan, dan terbatas. Semua kefanaan, kekurangan, dan keterbatasan itu kemudian akan kembali pada kebaqa’an. Yakni Allah Azza Wa Jalla. Kesanalah tempat kembali sesungguhnya.
Dan ternyata landasan berpikir (al-qaidah al-fikriyah) secara menyeluruh ini akan dapat ditempuh dengan cara suatu pemikiran yang cemerlang (al-fikriyah al-mustanir) tentang kehidupan ini, hingga terbentuklah suatu aqidah. Ketiga pertanyaan dasar tadilah yang menjadi dasar setiap permasalahan yang kita hadapi didunia ini. Karena ketiga pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan pokok sehingga mampu menyelesaikan cabang-cabang masalah didunia ini. J
Sebagai contoh :: ketika seorang wanita ingin berkarier, sebenarnya Islam sudah memberi aturan-aturan tertentu untuk karier seorang wanita. Ketika ia akan memilih suatu pekerjaan, ia akan berfikir tentang asal mulanya diciptakan, “DARI ALLAH”, tujuang hidup didunia ini “BERIBADAH KEPADA ALLAH”,  dan kemana setelah ini “KEMBALI KEPADA ALLAH”. Maka  suatu aqidah terbentuk sehingga ia menyadari bahwa apapun yang ia lakukan didunia ini akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan selanjutnya ia akan lebih berhati-hati dalam memilih pekerjaan (menempuh karier).
Islam telah menuntaskan segala macam problematika kehidupan manusia. Semua tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dan setiap penyelesaian itu sesuai dengan fitrah, memuaskan akal, serta memberikan ketenangan jiwa. Islam dibangun atas dasar akidah. Oleh karenanya, seseorang yang memeluk Islam tidak hanya serta merta mengucap kalimat syahadat. Namun tergantung sepenuhnya pada pengakuan terhadap kalimat syahadat tersebut, yakni pengakuan yang benar-benar muncul dari akal. J Akidah menjelaskan bahwa dibalik alam semesta, manusia dan hidup terdapat Pencipta (Khaliq) yang telah menciptakan ketiganya, serta menciptakan segala isinya. Bahwasanya Pencipta telah menciptakan segala sesuatu dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dialah Allah SWT. Ia bersifat wajibul wujud, wajib adanya. Ia bukan makhluk, karena sifatNya sebagai Pencipta memastikan bahwa diriNya bukan Makhluk. Ia juga bersifat mutlak adanya, karena segala sesuatu menyandarkan wujud atau eksistensinya kepada diriNya; sementara Ia tidak bersandar pada apapun.

2.  ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala
Begitu banyak pertentangan yang muncul, kemungkinan-kemungkinan yang diperdebatkan. Ntah untuk apa, kagak ada yang tahu :D. Dalam bukunya, La Tahzan (Dr.’Aidh Al-Qarni) dibuat satu judul yang sedikit menggelitik, “La Tahzan (jangan bersedih), sesungguhnya DENGKI itu sudah ada sejak dulu”. Kenapa begitu banyak orang-orang memperdebatkan tentang wujud Tuhan? Kenapa ada segolongan orang-orang yang tak segan menyimpulkan wujud Rabb? Padahal jelas dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kita diciptakan dari sesuatu yang “hina” namun Rabb menciptakan dalam bentuk yang sempurna. Kebanyakan pertentangan antara Muslim vs Non Muslim muncul diakibatkan hanya ada satu masalah, “Tuhan Islam itu yang mana?” Kenapa harus dipertanyakan? Jangan heran kalau terkadang orang Muslim sendiri (ma’af) sering bertanya-tanya tentang wujud Rabb. Astaghfirullah.
Manusia sifatnya terbatas, karena ia tumbuh dan berkembang sampai waktu tertentu. Setiap manusia akan lanjut usia (kecuali kalau ntar di Syurga, dijamin ga bakalan tua. Rata-rata manusia berumur 17 tahun :D). Hidup juga terbatas, meskipun keterbatasannya tampak dari setiap individual (yakni ajal/kematian/die, dll :P). Alam semesta juga terbatas, mulai dari atom terkecil sampai benda terbesar sekalipun (masuk didalamnya matahari, bulan, planet-planet, gunung-gunung, apalagi yach?? Pokoknya yang besar-besar dech :D) juga punya batasan waktu tertentu. Himpunan segala sesuatu yang memiliki keterbatasan maka sifatnya pun terbatas. Maka dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini tidak Azali . Karena jika ia bersifat azali (tidak berawal dan berakhir), pasti tidak ada keterbatasan.
Maka hal-hal yang demikian sering muncul menjadi suatu pertanyaan yang sebenarnya sulit sekali untuk dijawab. Dalam beberapa fenomena yang terjadi beberapa tahun kebelakang, khususnya pasca Tsunami (Desember 2006) di Aceh, begitu banyak kontrovesi yang terjadi seputaran agama Islam. Kenapa harus umat Islam yang ditimpa bencana seperti itu? Kenapa yaa?? Coba tanya ... :) Oleh karenanya tak heran, begitu banyak umat Islam disaat keterpurukan seperti itu mudah tergoyahkan.
Jadi teringat cerita ketika saya SMP, sebagian besar teman saya adalah Non Muslim. Mereka sering tanya, “waktu orang islam shalat, apa yang diliat? Sujudnya buat siapa? Doanya sama siapa?”. Secara.. Waktu SMP ilmu masih pas-passan jadi ga beranii jawab dikitpun. Terkontaminasi banget dengan nasihat orang tua “hati-hati jawab pertanyaan orang non muslim kalo ditanya-tanya tentang Islam, sembarangan jawab, MURTAD lho... Iiihhh... mana mau !!” L Jadi setiap muncul pertanyaan tersebut dari teman, bawaannya nyengir ajja gaa jelas. Senyum-senyum maksa.. Koq bisa? Karena ketika pertanyaan yang sama kita balik tanya ke mereka, luar biasa!! Lancar macem air jawabnya. :D
Hal yang sama terulang kembali waktu masa-masa SMA. Teman Facebook dan Friendster yang non muslim mengajukan pertanyaan yang sama (Cuma kata-katanya ajja yang beda, lebii gimana gt :P). Nah... Pas banget kan ... Mulailah berdiskusi di dunia maya yang kurang lebih menghabiskan waktu 1,5 tahun. Dari sinilah muncul berbagai pendapat tentang keyakinan setiap orang beragama. Mengapa mereka bersikukuh dengan agamanya?? Padahal asal mula setiap agama tu sama, sama-sama mengajak kita untuk menyembah Allah SWT. Namun ketika masa kekhalifahan, Al-qur’an mulai diburamkan hingga muncullah agama yang sesat (keknya kalo cerita nii udda pada tau semua dech ... hehehe ). Ternyata dalam menentukan keberadaan Khaliq (Allah SWT) didapati 3 kemungkinan.
1.      Dia diciptakan oleh yang lain.  Mustahil banget yaa ..
Jelas bathil kemungkinan ini. Mengapa? Yaa ga mungkinlahh ... Bayangkan jika Allah diciptakan oleh yang lain, maka Allah memiliki keterbatasan yang sama dengan manusia. Terbatas sifatNya, ilmuNya, kehendakNya, kekuasaanNya. Karena ada yang menciptakan. Jadi mustahil jika yang diciptakan penuh dengan kesempurnaan (tanpa cela) daripada yang menciptakan.
Sebagai contoh :: seorang pembuat meja. Yang diciptakan (dihasilkan) adalah meja. Pembuat meja ini dapat menciptakan berbagai bentuk meja sekaligus dengan corak keindahannya. Akan tetapi kalo kita pikir, apakah si tukang pembuat meja ini sama dengan meja (yang dibuat)? Jelas tidak kan?? Misal yang buat meja Pak Anto. Kira2 Pak Anto mau ga yaa disamakan dengan meja? (yang namanya Anto jangan marah yaa... Cuma perumpamaan koq ) J Dan pastinya meja yang dibuat Pak Anto ada keterbatasannya. Yakni suatu saat pasti akan patah, lapuh, bahkan rusak. Kira2 demikian contohnya. :D
2.      Dia menciptakan dirinya Sendiri.
 Kalo Allah menciptakan diriNya sendiri maka disini Allah juga berperan sebagai Makhluk sekaligus Khaliq. Lucu yaa ?? :D Sesuatu yang bersifat terbatas –makhluk- harus berpadu dengan Maha Sempurna –Khaliq-, maka bathillah kemungkinan ini. Jadi maksudnya Allah menjadi Khaliq sekaligus Makhluk dalam waktu yang bersamaan. Sungguh! Hal yang salah.
3.      Dia bersifat azali dan wajibul wujud.
Siapa saja yang mempunyai akal akan mampu membuktikan –hanya dengan adanya benda-benda yang dapat diinderanya—bahwa dibalik benda-benda itu pasti terdapat Pencipta yang telah menciptakannya. Fakta menunjukkan bahwa semua benda itu bersifat terbatas, serba kurang, serba lemah, dan saling membutuhkan. Jadi untuk membuktikan adanya Allah SWT sebenarnya cukup dengan mengarahkan perhatian manusia terhadap benda-benda yang ada di alam semesta ini, fenomena hidup, dan diri manusia sendiri. Sehingga dengan mengamati hal-hal tersebut akan didapati bukti yang meyakinkan akan adanya ALLAH SWT.
Dalam surat Ali ‘Imran ayat 190, Allah berfirman yang artinya ::
sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda (ayat) bagi ORANG YANG BERAKAL”.
Surat Al-Baqarah ayat 164 ::
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang. Berlayarnya bahtera di laut yang membawa apa yang berguna bagi manusia. Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Ia hidupkan bumi sesudah matinya (kering), lalu Ia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan. Dan pengisaran air dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sesungguhnya (semua itu) terdapat tanda-tanda (Keesaan dan Kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”
Memang benar, bahwa keimanan kepada Allah Subhanahu wata’ala merupakan hal fitri pada diri manusia. Akan tetapi, Islam tidak membiarkan keimanan itu muncul hanya dari hati saja tanpa menggunakan akal. Karena apabila itu terjadi akan mudah sekali terjerumus kepada hal-hal yang menyesatkan. Ketika seseorang mengandalkan perasaan hatinya dalam beriman, maka akan muncul suatu sikap untuk menghayalkan wujud Rabb dalam bentuk materi, memikirkan tentang bentuk Rabb, bahkan sampai-sampai beberapa waktu yang lalu ada suatu ajaran yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan ampunan dari Allah dan dijamin masuk Syurga cukup dengan membayar uang Rp 500 Juta rupiah yang bisa ditransfer melalui rekening X ke no rekening xxxxx. Na’udzhubillah ... Para sahabat/sahabiyah saja yang sudah dijamin masuk syurga membayar nyawanya dengan berperang dijalan Allah, koq kita bisa2nya berfikir uang Rp 500 juta bisa tebus semua kesalahan?? Meskipun para pejuang agama Allah tidak mengharapkan syurgaNya melainkan keridhaanNya.
Maka berpikirlah tentang penciptaan langit dan bumi !! jangan jadikan hati atau perasaan sajja sebagai tolak ukur keimanan, akan tetapi gunakanlah akal. Ratusan ayat yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an untuk mengajak manusia berpikir. Jadi kita tidak hanya disebut sebagai Islam KTP atau Islam Nenek Moyang, namun Islam yang benar-benar muncul dari buah pemikiran yang cemerlang, insya allah ...
3.  Keterbatasan Akal Manusia
Berbicara tentang keterbatasan, akal manusia juga memiliki keterbatasan lho ... walaupun Allah menyuruh kita untuk menggunakan akal dalam hal keimanan, namun kenyataannya akal juga terbatas kemampuannya. Terbatas dalam hal apa? Sama halnya dengan anggota tubuh yang lain, ada hal-hal yang mampu dijangkau oleh akal, ada juga yang tidak. Ketidakmampuan tersebutlah yang menunjukkan bahwa akal juga terbatas. Akal tidak mungkin menjangkau aspa yang ada diluar batas kemampuan indera dan akalnya. Terbatas pula kekuatannya sekalipun meningkat dan bertambah sampai batas yang tidak dilampauinya; terbatas juga jangkauannya. Maka hal ini menunjukkan bahwa akal tidak mampu memahamai Zat Allah dan hakekatNya. Sebab Allah berada diluar dari ketiga unsur utama tadi (Alam semesta, hidup, dan manusia).
Membahas hal ini salah seorang teman saya pernah berucap, “katanya yakin akan adanya Allah, tapi koq ga bisa memahami Zat Allah? Bagaimana bisa dekat dengan Allah, kalau kita sendiri ga kenal gimana Allah?”. Tentu bukan itu yang seharusnya menjadi sebuah pertanyaan penting, karena pada hakekatnya iman itu percaya pada wujud Allah SWT, sedangkan wujudNya dapat diketahui melalui makhluk-makhlukNya, alam semesta dan hidup ini. Karena ketiga unsur tadi mampu dijangkau oleh akal. Seyogyanya dengan memahami ketiga unsur ini, maka kita dapat memahami adanya sang Pencipta, Allah SWT. Bagaimanapun kita memaksa untuk memahami sesuatu hal diluar jangkauan kita, maka akan mustahil bagi kita untuk dapat mencapainya. (wong panggilan telepon ajja kalo operator bilang nomor yang Anda tuju diluar jangkauan, kita ga bisa berbuat apa2, selain putuskan komunikasi, tuut tuut tuut,,, ya kan?? Hehehe).
Mata kita, punya keterbatasan. Artinay hanya mampu melihat hal-hal dalam batas jangkauan saja. Seandainya mata kita kemampuannya tidak terbatas, kita ga perlu ke Australia hanya untuk melihat Kanguru, ga perlu ke Jakarta untuk liat gimana emas aslinya Monas. :D cukup diliat dari kamar ajja langsung nampak. :P
Padahal tidak demikian kan? Untuk melihat sesuatu dibalik tembok saja kita tidak mampu sebelum kita lewati tembok itu, apalagi harus menembus pandangan keluar dari jangkauan, jauhh..... jauh sekali !! Hal yang mustahil pastinya. Oleh karenanya, akalpun demikian. Apabila iman kita kepada Allah SWT telah dicapai melalui proses berfikir, maka kesadaran kita terhadap adanya Allah menjadi sempurna. Begitu pula jika perasaan hati kita mengisyaratkan adanya Allah, lalu dikaitkan dengan akal, tentu perasaan tersebut akan mencapai tingkat yang meyakinkan. Bahkan hal itu akan memberikan suatu pemahaman yang sempurna serta perasaan yang meyakinkan terhadap sifat-sifat ketuhanan. Dengan sendirinya, cara tersebut akan meyakinkan kita bahwa manusia tidak sanggup memahami hakekat Zat Allah. Sebaliknya justru akan memperkuat iman kita kepada Allah. Disamping keyakinan ini, kita wajib berserah diri terhadap semua yang dikabarkan Allah SWT tentang hal-hal tidak sanggup dicerna atau yang tidak dicapai oleh akal. Ini disebabkan lemahnya akal manusia yang memiliki ukuran-ukuran nisbi yang serba terbatas kemampuannya, untuk memahami apa-apa yang ada diluar jangkauannya.
4.  Mengapa harus Rasul ??
Ada tiga gharizah (naluri) pada diri manusia, yakni ::
a.      Gharizah (naluri) Baqa yakni naluri untuk mempertahankan diri. Misalnya marah, benci, sakit hati, kesal, dll.
b.      Gharizah (naluri) Tadayyun yakni naluri untuk mensucikan sesuatun (naluri agama)
c.       Gharizah (naluri) Nau’ yakni naluri untuk melangsungkan keturunan seperti jatuh cinta.
Nah, naluri Tadayyun ini yang menunjukkan bahwa kebutuhan beragama adalah sesuatu hal yang lumrah dan fitri pada diri manusia. Dalam fitrahnya manusia senantiasa mensucikan PenciptaNya. “makanya jangan heran kalo orang yang lagi penat pikirannya ketika shalat hatinya teduh, damai, dan nyaman”.
Seperti yang uda dibahas sebelumnya, bahwa dunia diciptakan bersamaan dengan aturan-aturannya. Bayangkan, jika Allah menciptakan dunia tanpa aturan, pasti berantakan hidup ini. Semua orang seenaknya !! Ga ada yang namanya Undang-undang, sanksi, denda, dan hukuman. Toh, semua orang sesuka hatinya !! loe yaa loe .. gue yaa gue .. !! :D
Namun pada kenyataannya kan tidak. Hidup ini teratur dengan adanya peraturan. Semua tersusun rapi dan sesuai tempatnya. Ga berantakan kayak kapal pecah. Hanya saja dengan keterbatasan yang kita miliki, Allah menurunkan aturan-aturanNya yang harus dijalankan tidak secara langsung. Kenapa? aa .. kembali lagi. Karena keterbatasan manusia. Selain itu, aturan dikehidupan ini  tidak bisa berasal dari manusia. Kenapa? Yaa secara... Manusia banyak maunya. Si A maunya ini, si B maunya itu, belum lagii si C, D, E,  F,  dst .. kapan selesaii??? Inilah mengapa aturan itu dari Allah sehingga semuanya sesuai dengan kebutuhan. Dan pada kenyataannya Allah tidak pernah salah dalam menerapkan suatu hukum. Akibat dari aturan ini harus diketahui oleh manusia, maka tidak boleh tidak ada RASUL. Karena pada Rasul-lah yang menyampaikan agama Allah alias perantara.
Bukti lain bahwa manusia perlu Rasul adalah dalam hal pemenuhan Gharizah. Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang sama hanya saja cara pemenuhannya yang berbeda. Sehingga dengan perbedaan ini akan timbul suatu perselisihan, pedebatan, pertengkaran, dan permusuhan. Allah juga mengatur hal tersebut yang kemudian disampaikan melalui RasulNya. Jika untuk hal pemenuhan kebutuhan ini tidak dibuat aturan maka manusia akan mudah menjurus ke hal yang menyimpang. Misalnya, ketika Gharizah Baqa’ menguasai diri, marah luar biasa, jika tidak ada aturan, maka orang akan seenaknya menghajar orang lain, memukul bahkan bisa sampai pada membunuh. Walaupun ada sebagian manusia yang melakukan hal tersebut. Mengapa Rasul yang menjadi pilihan Allah ??
Rasul juga manusia. Artinya setiap kebutuhan Rasul sama dengan manusia. Mengapa Rasulullah dijadikan sebagai panutan? Karena setiap kebenaran itu ada pada diri Beliau. Beliau seorang yang terjaga, terpercaya, bahkan manusia terbaik. Apabila yang menyampaikan aturan ini adalah Malaikat, apa yang akan terjadi? Malaikat tidak memiliki hawa nafsu, tidak makan dan tidak minum, tidak menikah, dll. Bagaimana aturan tersebut tersampaikan sedangkan kebutuhannya berbeda. Bagaimana kalau yang menyampaikan aturan tersebut adalah Syeithan, huft .. kacau balau semuanya yaa ?? inilah wujud bahwa manusia butuh seorang Rasul sebagai perantara antara Hamba dan TuhanNya.
Bersyukurlah .. Karena mereka adalah orang-orang pilihan. Saat ini menjadi panutan. Kelak kita butuh syafaat atau pertolongannya. Bersyukurlah !! masuk ke dalam golongan orang muslim, karena kelak kita akan berkumpul bersama-sama didalam syurgaNya ...